Diary Gerakan Kendari Mengajar #4 [Catatan Pengajar #1]
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.07 WITA ketika saya berserta dua rekan pengajar, Mala dan Ejhaa tiba di Masjid Al-Ikhwan--tempat kami rutin melakukan briefing sebelum berangkat ke lokasi pengajaran (Desa Pulonggida). Baru beberapa staff dan pengajar yang datang, ditambah dengan kami bertiga, jumlahnya belum sampai 10 orang. Setelah menunggu sekitar 10 menit, sesi briefing pun akhirnya dimulai. Briefing kali ini tidak memakan waktu lama, karena hanya diisi dengan konfirmasi staff dan pengajar yang akan melakukan opening dan closing pra-sesi belajar nanti, serta pembagian bahan ajar untuk pengajar kelas ca-lis-tung dan kelas rendah. Kurang lebih lima menit setelahnya, kami pun bersiap berangkat menuju Puulonggida. Bagian ini adalah bagian yang selalu membuat kami bersemangat. Bersiap-siap bertemu adik-adik asuh kami (lagi).
Kali ini, para staff dan pengajar memilih berangkat dengan motor, mengingat jumlah staff dan pengajar yang datang tidak sebanyak minggu sebelumnya. Dan jumlah kendaraan roda dua yang tersedia pun sangat pas dengan jumlah staf-pengajar. Staf dan pengajar yang lainnya seringkali sudah berangkat dengan kendaraan masing-masing menuju lokasi ajar.
Karena keterlambatan yang terjadi sejak awal, kehadiran kami di Puulonggida pun terlambat sepuluh menit. Kami tiba pukul 15.10 WITA. Senang sekali melihat Kak Riri yang sudah hadir lebih dulu dan mengalihkan perhatian adik-adik kami dengan permainan. Adik-adik kami diajak oleh Kak Riri menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, yang dilanjutkan dengan permainan melatih konsentrasi.
Pada sesi permainan yang pertama, adik-adik kami diminta untuk memegang kepala mereka ketika Kak Riri menyebutkan kata "ayah", lalu mereka harus memegang perut ketika Kak Riri menyebutkan kata "ibu" dan memegang kaki ketika kata mereka mendengar kata "anak". Permainan sederhana ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Karena menuntut konsentrasi dan daya ingat peserta bermainnya. Sesekali, Kak Riri dengan jahil mengecoh adik-adik dengan memegang kepalanya sendiri, ketika menyebutkan kata "ibu", atau memegang kaki ketika menyebutkan kata "ayah". Tawa membahana setiap kali ada adik kami yang tertangkap melakukan kesalahan. Menyaksikan semua keseruan itu, saya dan beberapa pengajar lain akhirnya memutuskan untuk ikut bermain. Dan sudah bisa diduga, kami pun banyak melakukan kesalahan. Melihat tawa riang adik-adik kami, adalah kebahagiaan kami yang terbesar. Ya, sesederahana itulah arti bahagia bagi kami, para pengajar dan staf.
Games kedua pun tidak jauh berbeda dengan games pertama tadi. Kak Riri akan memberikan instruksi yang harus diikuti oleh adik-adik asuh kami. Dan kali ini instruksi hanya melibatkan tangan kiri dan tangan kanan, beserta ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Lagi-lagi terdengar mudah, tapi bukan Kak Riri namanya kalau tidak mengecoh adik-adik asuh kami agar melakukan kesalahan.Opening yang sukses, semua larut dalam games yang diberikan.
Games kedua pun tidak jauh berbeda dengan games pertama tadi. Kak Riri akan memberikan instruksi yang harus diikuti oleh adik-adik asuh kami. Dan kali ini instruksi hanya melibatkan tangan kiri dan tangan kanan, beserta ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Lagi-lagi terdengar mudah, tapi bukan Kak Riri namanya kalau tidak mengecoh adik-adik asuh kami agar melakukan kesalahan.Opening yang sukses, semua larut dalam games yang diberikan.
Setelah sesi bermain, sesi belajar pun tiba. Staf dan pengajar melakukan melakukan briefing terlebih dahulu untuk memantapkan materi ajar yang akan disampaikan. Hari itu, adik-adik peserta kelas Ca-lis-tung masih belajar menulis huruf dengan benar, dan membaca. Ada pula adik peserta belajar yang masih dibimbing untuk mengenal huruf. Sementara di kelas rendah, adik-adik peserta belajar mulai mempelajari kosakata dengan beberapa kriteria. Dan di kelas tinggi, adik-adik peserta belajar mulai belajar mengeja dan mengenal beberapa kata dalam bahasa Inggris.
Saya sendiri adalah salah satu pengajar untuk Kelas Tinggi. Saya memiliki tiga adik asuh. Saya sudah mengajari mereka selama dua minggu. Mereka adalah Randa, Melany, dan Luciyana. Randa adalah adik asuh yang paling sering saya ucapkan namanya dengan keliru. Saya pernah memanggilnya Randang, lalu Randan. Setelah hari ini, saya akan selalu mengingatnya. Randa. Randa Anggriawan. Bocah narsis yang selalu merasa diperhatikan oleh peserta perempuan saat dia mengerjakan instruksi dari saya.
Seperti biasa, sesi belajar selalu dibuka dengan doa. Lalu saya mulai memeriksa tugas rumah ketiga adik asuh saya terlebih dahulu. Minggu sebelumnya saya menugaskan mereka menulis nama anggota keluarga mereka dan mengejanya dalam bahasa inggris. Dan saya puas, setelah mereka kini mampu mengeja nama-nama anggota keluarga mereka, nama teman dan nama mereka sendiri dalam bahasa inggris dengan cukup lancar. Ada rasa senang yang cukup sulit saya jelaskan. Sepertinya saya mulai memahami perasaan seorang guru ketika muridnya berhasil menguasai sebuah keterampilan. Mungkin, ini yang disebut kenikmatan dari berbagi.
Pelajaran saya lanjutkan dengan membagikan beberapa potong kertas berisi kumpulan huruf. Huruf-huruf itu adalah media untuk mengajarkan mereka beberapa kosa kata bahasa inggris, yaitu book, ruler, pen, pencil dan eraser. Dengan huruf warna-warni tersebut ditangan mereka masing-masing, ketiga adik asuh saya ini terlihat antusias mengikuti pelajaran yang saya berikan. Ketiganya nampak asyik sendiri ketika saya meminta mereka menyusun beberapa kata dari huruf yang tersedia dan mengejanya dalam bahasa inggris. Mereka bahkan kompak menyusun huruf membentuk nama saya, O-P-I.
Hari itu, saya mendapat adik asuh baru. Namanya Trisa Faradila. Dia sekelas dengan Lusi, duduk dikelas 5 SD. Karena baru pertama kali datang, Trisa cukup tertinggal dari Randa, Melany dan Luciyana. Ketika ketiga temannya itu sudah mengenal dan mulai hafal abjad dalam bahasa inggris, Trisa justru masih belum tahu apa-apa tentang abjad dalam bahasa inggris. Saya akhirnya kewalahan karena harus membagi dua fokus pengajaran saya. Saat saya mengajari Randa, Melany, dan Luciana beberapa kosa kata, saya menugaskan Trisa menulis abjad A sampai Z di buku tulisnya. Setelah memberi tugas mandiri pada Randa, Melany, dan Luciyana, saya kemudian fokus mengajarkan pengejaan abjad dalam bahasa inggris pada Trisa. Saya takjub melihat perkembangan Trisa, karena meski baru diajari dia sudah mampu mengikuti pelajaran kosa kata yang saya berikan pada ketiga temannya. Namun, karena Trisa belum hafal betul pengejaan abjad dalam bahasa inggris pada akhirnya saya lebih fokus pada adik saya ini, sedikit menelantarkan ketiga adik saya yang lain. Beruntung ada Kak Asni dan Kak Maya yang mampir ke tempat saya mengajar, melihat saya cukup kewalahan, Kak Maya memutuskan untuk mengajari Trisa sehingga saya bisa melanjutkan pelajaran pada ketiga adik saya yang lain.
45 menit berlalu dengan cepat, saatnya mengakhiri proses pembelajaran hari ini. Setelah memberikan tugas, pelajaran ditutup dengan pembacaan alfateha yang dipimpin oleh Randa. Mau tidak mau, saya harus mengakhiri janji temu kami hari ini, merelakan mereka berlari lagi untuk bermain games saat closing.
Beberapa staff dan seluruh pengajar kemudian melakukan evaluasi atas pengajaran hari ini.Setiap pengajar diberikan kesempatan untuk mengungkapkan masalah yang ditemui hari ini, kemudian mengumpulkan jurnal evaluasi yang telah diisi kepada staff kurikulum. Perkenalan beberapa staff dan pengajar baru turut diselipkan dalam evaluasi kali ini. Dalam suasana serius yang terjalin, sesekali terdengar riuh adik-adik kami yang tengah berlagu bersama kak Riri. Samar-samar terdengar mereka tengah mengucapkan kata terimakasih dalam berbagai bahasa. Ada bahasa inggris, jepang, korea dan Indonesia tentu saja. Diikuti gerakan tubuh, adik-adik kami nampak bersemangat di tengah peluh dan panasnya senja yang menghujam tubuh kami. Anak-anak memang tidak kenal lelah ketika bermain. Itu terbukti hari ini.
Saatnya berpisah adik-adik, prosesi memberi salam pada seluruh staff dan pengajar menjadi gerbang yang mengakhiri pertemuan hari ini. “minggu depan datang lagi yah”, “hati-hati pulangnya”, “rajin belajar ya”, “jangan lupa dikerjakan tugasnya” adalah kalimat yang sering kali diucapkan pengajar atau pun staff saat prosesi itu berlangsung. Dan ketika akhirnya adik terakhir selesai mencium tangan kami, perpisahan mutlak terjadi. Melihat langkah-langkah kecil mereka berubah menjadi langkah cepat yang berlari meninggalkan kami menuju rumah mereka masing-masing, melihat punggung-punggung kecil mereka menjauh, benar-benar menegaskan perpisahan hari ini.
Saat petang akan sempurna menggeser senja, kami beranjak pulang. Kembali melewati jalan berbatu terjal yang menjadi gerbang kami menemukan adik-adik kami. Meski belum genap sebulan saling mengenal, melihat senyum dan lambaian tangan mereka dalam perjalanan pulang cukuplah menjadi bekal semangat melewati keterjalan gerbang pemisah kami dan mereka, adik-adik asuh kami. Sampai jumpa lagi adik-adik, seminggu dari sekarang mari kita saling bertemu lagi. Kakak akan berbagi lagi tentang abjad dan kata, dan kalian bagikanlah lagi kepada kami senyum-senyum memesona itu.
[OP/RAY]
Diary Gerakan Kendari Mengajar #4 [Catatan Pengajar #1]
Reviewed by Unknown
on
14.57
Rating:
![Diary Gerakan Kendari Mengajar #4 [Catatan Pengajar #1]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZZ2Gzrl40xo-Bn4523na_LRRr1KPVEXdnzEiHG8__ioqiUL2L0LjRXJ1MyVQ4iWsmb4qTQ8uGgJY7A1jvU6ZX5qK3w9Z68ZwJFUiaFhLxjRRwUni346L_BIS0IHQ1DgTvvU83G-W3sFFe/s72-c/1555296_611486118924655_1098008676_n.jpg)
Tidak ada komentar