Diary Gerakan Kendari Mengajar #10 : Bukit Impian
Sabtu 27 Desember 2014, adalah hari dimana sebuah kisah kembali terukir dalam perjalanan Indah Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Hari itu beberapa kakak volunteer GKM berkunjung ke Desa
Bosenga Indah, Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan. Melalui salah satu lembaganya yaitu Asian Medical
Student Association (AMSA), Desa Bosenga Indah kemudian menjadi salah satu daerah dari tiga daerah Binaan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo. Selain di Desa Bosenga Indah, AMSA juga memiliki 2 daerah binaan lain ,
masing-masing bertempat di Desa Laikandonga, Kacamatan Ranomeeto Barat
(Balai 3) dan Balai satu yang juga bertempat di Kabupaten Konawe Selatan . Kegiatan AMSA di daerah tersebut berfokus pada bidang kesehatan dan pendidikan.
Terkait bidang pendidikannya, Kakak-Kakak dari AMSA kemudian melakukan kerjasama dengan Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Kerja sama tersebut sesuai dengan eksistensi Gerakan Kendari Mengajar (GKM) sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang pendidikan. Selain itu, kerjasama ini juga dilakukan mengingat GKM memiliki misi dalam memfasilitasi pengembangan potensi generasi muda dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Desa Bosenga Indah merupakan daerah transmigrasi, yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Untuk mencapai daerah ini, kami harus melakukan perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Kendari. Program desa binaan AMSA ini telah berjalan sekitar 6 bulan, yang dilaksanakan sekali dalam setiap bulan di minggu terakhir. Sebelumnya, tepatnya pada tanggal 30 November 2014, beberapa kakak-kakak volunteer GKM terlebih dahulu ikut turun ke lapangan bersama kakak-kakak AMSA dalam rangka meninjau lokasi daerah binaan terkait, guna mengetahui karakterisasi masyarakatnya sebagai indikator dalam pemilihan bahan ajar kedepannya. Hasilnya kakak-kakak volunteer sepakat memberikan pembelajaran berupa science project kepada adik-adik disana.
Terkait bidang pendidikannya, Kakak-Kakak dari AMSA kemudian melakukan kerjasama dengan Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Kerja sama tersebut sesuai dengan eksistensi Gerakan Kendari Mengajar (GKM) sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang pendidikan. Selain itu, kerjasama ini juga dilakukan mengingat GKM memiliki misi dalam memfasilitasi pengembangan potensi generasi muda dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Desa Bosenga Indah merupakan daerah transmigrasi, yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Untuk mencapai daerah ini, kami harus melakukan perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Kendari. Program desa binaan AMSA ini telah berjalan sekitar 6 bulan, yang dilaksanakan sekali dalam setiap bulan di minggu terakhir. Sebelumnya, tepatnya pada tanggal 30 November 2014, beberapa kakak-kakak volunteer GKM terlebih dahulu ikut turun ke lapangan bersama kakak-kakak AMSA dalam rangka meninjau lokasi daerah binaan terkait, guna mengetahui karakterisasi masyarakatnya sebagai indikator dalam pemilihan bahan ajar kedepannya. Hasilnya kakak-kakak volunteer sepakat memberikan pembelajaran berupa science project kepada adik-adik disana.
Pada pukul 07.00 WITA di hari Sabtu, 27 Desember 2014, volunteer GKM yang diwakili oleh kak Amal, kak Askar dan kak Nur terlebih dahulu berkumpul di Fakultas Kedokteran Universitas Halu OLeo untuk bertemu dengan kakak-kakak dari Tim AMSA dan kemudian berangkat bersama menuju Desa Bosenga Indah. Hari itu kakak-kakak dari Tim AMSA yang kan ikut bersama berjumlah 8 orang. Tak lama kemudian perjalananpun dimulai. Kami berangkat pukul 07.30 WITA dan tiba pada pukul 09.00 WITA. Cahaya terang matahari pagi mengiringi kendaraan kami dengan mulus meninggalkan kota Kendari. Perjalanan yang sedikit melelahkan, terbayarkan ketika hamparan perbukitan yang hijau nan elok menyambut kedatangan kami memasuki Desa Bosenga Indah. Kehadiran buah-buahan yang nampak segar tumbuh di pekarangan warga memanjakan mata kami, buah-buahan itu seakan-akan menggoda kami untuk sekedar singgah mencicipi kesegarannya.
Posko
2 tempat kami akan berbagi ilmu dengan adik-adik hari itu berada di atas bukit, merupakan Aula Terbuka yang berdampingan dengan mesjid. Saat kami tiba, belum ada warga yang berada
di Aula. Hal ini disebabkan sebagaian besar warga disana berada di Kebun menggarap tanaman mereka. Kakak-kakak dari Tim AMSA kemudian mendatangi sebagian rumah
warga untuk mengundang mereka ke aula. Selain itu nampak salah seorang warga yang telah datang lebih awal mengumumkan melalui suara sound mesjid kepada warga sekitar untuk segera berkumpul .
Satu persatu wargapun mulai berdatangan bersama anak-anak mereka. Hari itu kegiatan akan terbagi kedalam dua bagian, para orang tua adik-adik akan mendapatkan penyuluhan kesehatan, sedangkan anak-anak mereka akan belajar dan bermain bersama kakak-kakak volunteer. Adik yang pertama datang adalah adik yang bernama Galan Fadiyah. Seorang adik perempuan mungil dan cantik yang berumur 8 tahun. Galan sedang duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.
Saat berbincang-bincang dengannya, perhatian kakak-kakak volunteer teralihkan pada luka yang nampak di tangan Galan. Kamipun kemudian bertanya tentang luka yang berada di tangannya. Dengan suara yang lirih nan lembut, Ia pun menjawab pertanyaan kami. Ia berkisah bahwa luka itu didapatnya dari sebilah parang ketika ia sedang membantu orang tuanya membuat pagar. Kami kemudian bertanya mengenai cita-cita adik galan. Dengan suara lantang dan jernih ia berkisah mengenai cita-citanya , adik galan ingin menjadi seorang pramugari. Cita-cita itu tidak tergoyahkan walaupun ia sama sekali belum pernah naik pesawat, dan mungkin hanya bisa sesekali melihatnya melintas di langit biru. Dengan wajah polos yang nampak menjanjikan masa depan ia melanjutkan, bahwasanya seorang pramugari itu harus pintar dan cantik, pintar dan cantik seperti dirinya. Kamipun kemudian tersenyum ketika mendengarnya.
Setelah
semua adik-adik datang, kamipun memulai kegiatan, diawali dengan perkenalan kemudian dilanjutkan dengan senam otak. Kakak Askar dan kakak Nur beserta kakak-kakak AMSA Fak. Kedokteran UHO kemudian memandu adik-adik yang berjumlah 12 orang pada hari itu untuk sama-sama melakukan senam otak. Adik-adik yang hadir hari itu berusia 3 hingga 8 tahun. Senam otak ini berfungsi untuk mengoptimalkan penggunaan otak
kanan dan otak kiri. Adik-adik terlihat begitu semangat dan berseru riang mengikuti
gerakan kakak-kakak volunteer. Suasana Aula semakin mencair dengan teriakan dan
canda tawa adik-adik. Semangat adik-adikpun kemudian menularkan keceriaan ke orang tua mereka.
Setelahnya, adik-adik kemudian dibagi kedalam 2 kelompok, hal ini dilakukan berhubung pada hari itu adik-adik akan berkompetisi membuat mozaik yang dibimbing oleh kakak Askar dan kakak Nur. Mozaik merupakan seni menyusun potongan-potongan menggunakan kertas karton besar, sepidol, lem, gunting dan bahan alam. Hal ini merupakan pengalaman pertama buat adik-adik, tak heran mereka nampak begitu semangat dalam membuatnya. Masing-masing kelompok membagi tugas, ada yang membuat pola gambarnya dan ada pula yang pergi mencari bahan alam seperti daun kering, ranting pohon dan rerumputan.
Masing-masing kelompok saling beradu kreatifitas dan kecepatan dalam menyelesaikan mozaik mereka. Satu persatu ranting pohon dan dedaunan ditempel berdasarkan pola gambar yang mereka buat. Perpaduan warna terbentuk nampak indah dan terlihat hidup melahirkan mozaik yang nampak estetis dipandang mata.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12.00. Adik-adik nampak telah menyelesaikan mozaiknya. Hari itu adik-adik di Desa Bosenga Indah telah mendapatkan sebuah pengalaman baru. Sebuah pengalaman yang mampu mengupgrade kreatifitas dan kerjasama mereka. Pengalaman yang mengayakan imajinasi mereka. Mereka berebutan meminta kertas karton yang tersisa agar dapat membuatnya kembali di rumah masing-masing.
Orang tua adik-adik berharap kepada kakak-kakak untuk kembali datang bulan depan. Mengajar dan mengayakan imajinasi adik-adik dengan bahan ajar yang lebih menyenangkan dan mendidik. Bahkan, sebagian besar orang tua ingin kami datang setiap minggu. Hari itu sebuah harapan telah lahir, harapan agar bukit tempat anak-anak mereka belajar hari itu bukan hanya menjadi bukit tempat mereka hidup dan menanam tanaman, tetapi juga sebagai bukit impian bagi segala cita-cita anak-anak mereka. Bukit itu adalah bukit mimpi, dimana impian akan lahir, tumbuh dan bersemi. Bukit yang akan memahamkan kepada adik-adik itu kelak untuk bermimpi sebesar-besarnya dan setinggi-tinggnya. Mimpi itulah yang kemudian akan melahirkan keberanian dan energi memantapkan langkah mereka untuk berjalan meraihnya. Hingaa kelak esok lusa kita akan mendengar sebuah kisah sukses seorang anak yang berasal dari sebuah bukit. Bukit yang kami sebut sebagai bukit impian. (AII/AN)
Diary Gerakan Kendari Mengajar #10 : Bukit Impian
Reviewed by Unknown
on
19.54
Rating:

Tidak ada komentar