Diary Gerakan Kendari Mengajar #3 [Semangat Menularkan Semangat]
Sesi briefing pra kunjung lokasi di Masjid Al Ikhwan Mandonga telah menjadi rutinitas setiap minggu. Semacam aturan tak tertulis. Minggu ini, beberapa volunteer baru tampak menyegarkan barisan melingkar kami. Kehadiran mereka adalah sebuah jawab akan kebutuhan gerakan ini pada pendidik-pendidik bertangan ringan lagi dingin.
Kami berangkat menuju lokasi tepat waktu. Saat matahari masih menyisakan teriknya yang membakar kulit. Puulonggida menyambut kami dengan keheningan yang sama, namun dengan ragam tawa yang selalu tampak lebih hangat dari waktu ke waktu. Benarlah sebuah wejangan, bahwa pertemuan ketiga akan membunuh orang-orang asing, dan hanya menyisakan kekariban yang hangat.
Sesi belajar dibuka dengan fun game yang dipandu oleh Kak Zam, seorang volunteer baru yang sejak awal kehadirannya tampak begitu antusias dan enerjik. Permainan yang memadukan gerak dan lagu ini berhasil menceriakan sore yang terlalu hangat untuk langsung berhadapan dengan kertas dan pena.
Permainan yang menjadi warming-up ini berhasil menguapkan bibit-bibit jenuh dan menghilangkan kantuk adik-adik asuh, sehingga bisa bersemangat mengikuti pelajaran.
Tapi, sebelum itu, warming up jilid 2 menunggu. Ini adalah favorit sebagian besar Adik-Adik Asuh. Masih ingat bagaimana di Sabtu sebelumnya mereka meminta diajari menggambar di tengah sesi belajar? Jadi, ini drawing time, spesial untuk mereka. Karakter mereka tumpah ke atas kertas putih, bercerita dengan aneka bentuk dan warna. Menunggu diterjemahkan.
Sore itu, Kakak-Kakak Staf dan Pengajar telah menyiapkan sebuah kejutan sederhana yang diharapkan dapat memacu semangat belajar Adik-Adik Asuh. Ada puluhan buku tulis yang telah disampul hijau tua dan ditempeli label Gerakan Kendari Mengajar di bagian depan-nya, khusus disiapkan untuk menunjang sesi belajar Adik-Adik Asuh.
Semangat yang ditunjukkan para pengajar ini nampaknya menular kepada Adik-Adik Asuh, tatkala Adik-Adik Asuh memberi respon positif dalam proses belajar. Senyum dan sorot penuh rasa ingin tahu yang seolah tak henti tampil dengan jujur di wajah mereka telah menceritakan hal itu, tanpa kata-kata. Saat diminta meniru ucapan Kakak Pengajar, mereka meneriakkannya dengan lantang. Saat diminta menggambarkan objek tertentu, mereka melakukannya dengan semangat anak-anak yang lugu, apa adanya, namun menghangatkan hati pada saat yang sama.
Di sisi yang lain, sebuah dokumentasi bergerak sedang direncanakan dengan segala keterbatasannya. Semoga, film sederhana ini, bisa segera dinikmati khalayak. Nantikan saja! :)
Sesaat setelah sesi belajar selesai, Kak Zam kembali on fire, mengajak Adik-Adik Asuh bersenang-senang dengan sebuah lagu sederhana.
Sesaat setelah sesi belajar selesai, Kak Zam kembali on fire, mengajak Adik-Adik Asuh bersenang-senang dengan sebuah lagu sederhana.
Satu jari kanan, satu jari jari, kugabung jadi dua ... kubuat jembatan
dua jari kiriku, dua jari kanan, kugabung jadi empat ... kubuat kamera
tiga jari kananku, tiga jari kiri, kugabung jadi enam ... kubuat menara
empat jari kanan, empat jari kiri, kugabung jadi delapan... kubuat kelinci
lima jari kanan, lima jari kiri, kugabung jadi sepuluh ... kubuat kupu-kupu
Demikian lirik lagu yang diajarkan Kak Zam--dan kemudian dihafalkan dengan baik oleh adik-adik asuh--sembari membuat tiruannya dengan isyarat tangan setiap kali menyebutkan angka atau kata-kata tertentu, seperti kelinci, kupu-kupu, dsb.
Di atas sana, matahari menggeser dirinya menuju peraduan, menggulirkan ribuan detik sederas hujan. Cahaya pupus di Timur, seolah-olah awan adalah tirai yang baru saja menutup panggung pertunjukan, menanti tepuk tangan riuh untuk keberhasilan pertunjukan hari itu. Kami akan segera menutup lembar diary Sabtu kami, meninggalkan ragam ekspresi yang tak pernah berbohong ini, menyimpannya untuk ratusan jam lamanya, sebelum kemudian menjumpainya di Sabtu berikutnya.
Dengan dipimpin oleh para Staf, sesi belajar pun ditutup dengan doa-doa yang dihaturkan oleh lisan-lisan polos yang segera diterbangkan malaikat ke langit. Menembus angkasa, dan berlarian, berlomba menuju 'Arsy, untuk segera diijabah.
Selagi Kakak-Kakak Pengajar sedang khusyuk dengan evaluasi internal, dengan lembar jurnal pengajar dan pena yang tak berhenti bergerak di tangan masing-masing, meski pandangan mereka mengarah dengan mantap pada pimpinan pertemuan kecil itu. Para pengajar ini sedang menanti giliran mengungkapkan kendala-kendala dalam proses mengajar-nya, untuk mendapatkan masukan berupa pemecahan masalah.
Doa-doa pun menghujung. Kata "Amin" menggema di udara, setelah sebelumnya membentur dinding hati-hati pelantunnya dengan sentakan yang menyejukkan.

Adik-Adik Asuh bergegas menghampiri Kakak-Kakak Pengajar yang juga telah sampai pada penghujung pertemuan tertutup-nya. Mereka menciumi tangan Kakak-Kakak Pengajar, sebagai ucapan terimakasih yang tak terungkapkan. Beberapa Adik Asuh laki-laki, spontan memeluk dan menjatuhkan dirinya di atas pangkuan seorang Pengajar Lelaki. Mereka berpelukan hangat, campuran rasa tak ingin berpisah dan ungkapan "sampai jumpa lagi" yang tidak diiringi kata-kata. Hanya pelukan dan tawa hangat.
*
[PY/RAY]
Diary Gerakan Kendari Mengajar #3 [Semangat Menularkan Semangat]
Reviewed by Unknown
on
19.00
Rating:
Tidak ada komentar