Ads Top


Diary Gerakan Kendari Mengajar #2 [Titian Menuju Nyala]

Siang itu, pertemuan pra-kunjung-lokasi (Desa Pulonggida) berlangsung di Masjid Al-Ikhwan, sesuai kesepakatan dalam pertemuan beberapa hari sebelumnya. Hari itu, Sabtu, 28 September 2013, pukul 2 siang, briefing antara staf dan pengajar digelar dengan sederhana, kurang lebih sejam sebelum meluncur menuju lokasi pengajaran. Menyebabkan rencana keberangkatan sedikit tertunda. Sebuah hukum ketakterdugaan yang datang di saat yang tidak tepat.
SAM_0311 
SAM_0312Hari itu, formasi barisan Pengajar tampak lebih berwarna, dengan kehadiran staf dan pengajar yang baru datang--setelah berhalangan hadir di minggu sebelumnya--yang akan ikut serta mengunjungi lokasi pengajaran untuk pertama kalinya, di hari itu.

Drama perjalanan menuju lokasi pengajaran kembali terulang. Sebuah dejavu yang akan selalu memantik semangat dari waktu ke waktu. Sesi paling menarik tentu saja perjalanan yang dimulai dari batas jalan beraspal. Jalanan berbatu yang sekarang telah berganti nama: Titian Menuju Nyala. Sebuah landasan pacu adrenalin yang dibentangkan oleh panggilan nurani terjujur.  Beberapa pengajar yang membawa kendaraan sendiri akan melakukan perjalanan bolak-balik untuk menjemput beberapa pengajar yang datang dengan kendaraan umum. Namun, masih ada pula staf/pengajar yang berjalan kaki menuju ke lokasi, demi efisiensi waktu dan untuk tidak merepotkan rekan-rekan pengajar yang lain. Titian Menuju Nyala akan menjadi rute paling menyenangkan mulai saat itu :)
Kejadian lucu sempat mewarnai perjalanan kami hari itu. Saat beberapa kendaraan pengajar menempuh jalan berbatu, saling beriringan, tiba-tiba seeokor sapi milik warga sekitar yang sedang ditambatkan di hutan, lepas dan lari, mengekori kendaraan para pengajar yang sedang berkendara dengan konsentrasi penuh. Kepanikan pun terjadi. Medan berbatu yang menurun dengan curam membuat pengajar merasakan ketegangan selama beberapa saat. Untunglah drama pengejaran komikal itu berakhir setelah "sang kaki empat" memilih jalur tepi jalan dan kembali masuk ke dalam hutan. Meninggalkan para staf dan pengajar yang mengembuskan napas lega, jauh di belakang.
Rombongan Pengajar tiba di Desa Pulonggida sekitar pukul 3 sore. Sebuah kejutan menyenangkan telah menunggu kami di gerbang sekolah SDN 19 Mandonga. Kejutan itu adalah kehadiran sang Adik Asuh. Tidak hanya satu. Tetapi lebih dari itu. Mereka meneriakkan nama-nama kami, memamerkan ingatan mereka dari sesi perkenalan di minggu sebelumnya. Ada pula yang menanyakan beberapa pengajar yang tak tampak dalam rombongan, menagih janji temu mereka. Kami dilingkupi gelombang perasaan aneh yang menyenangkan. Paduan dari rasa haru, bahagia, dan rasa dibutuhkan. Percayalah, tidak ada yang lebih luar biasa daripada itu.

Tak ada lagi perasaan asing. Kecanggungan telah menguap ke angkasa, berkondensasi menjadi awan putih yang menaungi halaman SDN 19 Mandonga, menjadi saksi euforia pertemuan kedua kami, sore itu. Tampaknya, pertemuan minggu sebelumnya, meninggalkan kesan yang sama dalamnya bagi Adik-Adik Asuh. Terbukti dari kehadiran mereka yang berbondong-bondong, mendatangi tempat belajar di Sabtu itu. Dan, tidak ada yang lebih manis dari perasaan yang berbalas :)

SAM_0352 Sesi belajar diawali dengan salah seorang pengajar yang menanyakan kabar Adik-Adik Asuh, berbincang-bincang, dan membagikan pengetahuan-pengetahuan dasar berbahasa Inggris. Hal-hal sesederhana “Good afternoon”, “My name is…”, “How are you…”, “Thank you”, dan hal-hal sederhana lainnya. Selama sesi itu berlangsung, Kakak-Kakak Pengajar yang lain mendapatkan briefing dari Staf Kurikulum sebagai persiapan pra-mengajar untuk sore itu.
buat blog 16
buat blog 17Sekitar 15 menit kemudian, Kakak-Kakak Pengajar segera membaur dengan Adik-Adik Asuh yang telah dikelompokkan berdasarkan level kemampuan belajar masing-masing. Gerakan Kendari Mengajar membagi kemampuan belajar anak-anak ke dalam tiga level, yakni Level Ca-Lis-Tung (Baca-Tulis-Hitung)—yakni level yang dihuni Adik Asuh yang belum usia sekolah atau pun belum mahir membaca, menulis, dan berhitung, Level Rendah, dan Level. Kriteria level ini didasarkan pada hasil observasi para Staf di pertemuan minggu sebelumnya, tentang keterampilan/penguasaan materi belajar tertentu oleh Adik-Adik Asuh. Sehingga, sore itu, para Pengajar sudah bisa mulai mengajarkan materi dengan berbekalkan target belajar dan bahan ajar yang telah dirancang oleh Staf Kurikulum, yang siap diterapkan pada tiap levelnya.
buat blog 13
Adik-Adik Asuh kami terlihat sangat menikmati proses belajarnya. Hal ini tampak dari antusiasme yang mereka tunjukkan. Di Level Calistung, Adik-Adik Asuh belajar mengenal abjad. Namun, setelah belajar sekitar sepuluh menit, adik-adik ini sudah meminta diajari menggambar oleh sang Kakak Pengajar :)antusias7
antusias4Sementara itu, di Level Rendah, Adik-Adik Asuh mempelajari perbedaan huruf vokal dan konsonan. Sedang di Level Tinggi, Adik-Adik Asuh belajar mengenal abjad dalam bahasa inggris. Pada sesi belajar abjad dalam bahasa Inggris, Kakak Pengajar mengajarkan abjad-abjad dengan lagu. Maka Level Tinggi mengalami episode belajar dengan bernyanyi di Sabtu itu.

antusias11
antusias8

antusias9
Gagasan ini ditujukan, agar Adik-Adik Asuh dapat mengingat abjad-abjad dengan mudah dan menyenangkan. Empat puluh lima menit setelah proses belajar, Adik-Adik Asuh di Level Tinggi kemudian ditantang untuk menunjukkan hasil belajarnya. Hasilnya, mereka telah menghafalkan lagu dengan syair berisi abjad-abjad yang dilantunkan dalam bahasa Inggris tersebut. Menariknya, Adik-Adik Asuh yang tidak belajar di Level Tinggi pun antusias, ingin mengetahui lagu itu.
buat blog 14
buat blog 21
buat blog 9
buat blog 11
buat blog 12
buat blog 10
Selama proses belajar berlangsung, para Staf sibuk menyambut kedatangan tamu yang berasal dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) yang sengaja meluangkan waktu untuk menjenguk aktivitas Gerakan Kendari Mengajar di Desa Puulonggida. Para pegiat SGI ini sedang mendapatkan proyek mengajar di Kabupaten Wakatobi itu pun saling bertukar pikiran, dan berdiskusi dengan rekan-rekan Staf, mengenai program-program mengajar di masa mendatang. Para Staf mendapatkan pengalaman baru dalam pertemuan kekeluargaan yang hangat dan singkat ini.
buat blog 8
Sore, itu seorang peserta belajar baru hadir dengan sedikit mengejutkan. Namanya Siska. Seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama. Siska tidak masuk dalam level belajar mana pun dalam sesi belajar Gerakan Kendari Mengajar, mengingat level pendidikannya. Tapi ia menunjukkan antusiasme untuk belajar bahasa Inggris. Maka salah seorang Pengajar pun turun tangan. Saat ditanya apakah Siska ingin ikut belajar, dia bergegas pulang ke rumah untuk mengambil buku catatannya. Sore itu, Siska pulang dengan puluhan kosakata bahasa Inggris yang baru.
Siska adalah setitik nyala yang menerangi hati kami untuk terus bergerak, membagikan harapan-harapan, tanpa henti. Hari itu, tanpa ia sadari, Siska mengajarkan kami tentang memiliki keinginan. Kau hanya perlu menginginkan sesuatu. Tak perlu sebesar semesta. Kau hanya perlu menjaganya untuk terus berada di dalam dirimu. Dan tunggulah. Kelak kau akan menuainya dalam wujud yang mencengangkan. Siska hanya membawa pulang dua puluh kosakata bahasa Inggris yang baru. Tapi jika ia menyimpannya sebaik yang seharusnya, mengambil lebih banyak lagi lalu menyimpannya lagi, kelak, ia akan menjadi pembagi harapan seperti kami. Atau bahkan, sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu.
Sesi belajar pun mendekati hujung. Para Pengajar menggelar sesi ujian sederhana yang bertujuan untuk me-review hasil belajar Adik-Adik Asuh di sore itu. Mereka lalu menyanyikan lagu ABCD yang telah diajarkan oleh Kakak Pengajar dengan gembira dan penuh semangat. Seolah-olah sedang merayakan selesainya proses belajar.
Sesi belajar sore itu diakhiri dengan seluruh Staf dan Pengajar yang berbaris dan menunggu Adik-Adik Asuh menyalami mereka satu per satu sebelum kembali ke rumah masing-masing. Di ujung barisan, seorang Staf sudah menunggu untuk membagikan pin Gerakan Kendari Mengajar kepada Adik-Adik Asuh. Mereka terlihat sangat bersemangat menerima pin tersebut, dan meminta kami untuk membantu menyematkannya di baju mereka, untuk kemudian berfoto bersama kami.
buat blog 1

Cahaya lembayung menyemburat di atas kami. Pekat menggeser terang untuk mengumumkan petang yang menjelang. Kami pulang dengan setumpuk kesan.
kakak ririSaya selalu merasa bahagia ketika anak-anak Puulonggida menyambut kehadiran kami dengan mata berbinar, senyum termanis, dan tawa bahagia. Meski rute yang dilewati terjal dan berbatu, atau bisa dibilang jauh dari kata layak untuk dilalui oleh kendaraan. Tapi itu tidak mematikan semangat saya untuk tiba di sumber kebahagiaan baru saya. Anak-anak cerdas. Anak-anak Puulonggida, ungkap Sri Ramadhani Hakim, salah seorang Pengajar yang mengaku sangat cinta mengajar, saat ditanya mengenai kesannya tentang sesi mengajar sore itu.

Harapan-harapan baru menggantungi pundak-pundak kami, memenuhi saku-saku kami, memberatkan langkah-langkah kami untuk meninggalkan halaman sekolah berumput itu. Meninggalkan titik-titik nyala yang kelak mampu membakar peradaban. Mereka selalu memiliki potensi itu. Seperti itulah mereka diciptakan. Mereka lahir dengan potensi dahsyat yang butuh untuk ditemukan. Ah ... semoga apa yang kami bagikan hari ini, sesedikit apa pun, sekecil apa pun, dapat membekaskan manfaat yang mampu membesarkan Adik-Adik Asuh kami menjadi sosok-sosok besar--yang hanya bisa mereka kagumi dari kejauhan--untuk kelak meregenerasi kehebatan mereka. Dokter, pilot, astronot, menteri, Kepala Negara, ilmuwan, di masa depan. Semoga.
[EJ/RAY]
Diary Gerakan Kendari Mengajar #2 [Titian Menuju Nyala] Diary Gerakan Kendari Mengajar #2 [Titian Menuju Nyala] Reviewed by Unknown on 15.46 Rating: 5

Tidak ada komentar


close