Sore Pertama di Permulaan Tahun [Asyiknya Belajar Matematika]
Sabtu, pertama di tahun 2014 adalah pertemuan pertama Kendari Mengajar dengan
adik-adik asuh di Puulonggida. Ini akan menjadi awal tahun ajaran Januari sampai Juli 2014. Sore itu, rintik hujan mengiringi perjalanan volunteer Kendari Mengajar menuju Puulonggida.
Tepat pukul 15.30 WITA, volunteer pun
tiba di Pulonggida. Halaman sekolah sudah ramai oleh adik-adik asuh yang
menunggu kedatangan para volunteer. Hari
itu, adalah hari penerimaan rapor sekolah. Kakak-kakak volunteer GKM langsung mencari tahu prestasi sekolah adik-adik
mereka. Beberapa adik asuh ada yang masuk sepuluh besar di kelasnya, bahkan
menjadi juara kelas. Wah, hebatnya mereka!
Tahun
baru. Ajaran baru. Kelas baru. Jadwal belajar baru. Gaya belajar baru. Hal itulah
yang dialami oleh adik-adik asuh Kendari Mengajar di Puulonggida. Pada pertemuan
pertama di tahun yang baru ini, adik-adik asuh GKM menghuni kelompok belajar
yang baru. Jadwal belajar mereka pun mulai diseragamkan, meski berada di kelas
yang berbeda. Sore itu, adalah waktunya matematika. Bagi sebagian besar
anak-anak, matematika adalah sebuah momok menakutkan. Pelajaran yang membuat
kening berkerut, dan hampir tidak ada yang ingin mengingatnya di akhir minggu. Bagaimana
kakak-kakak volunteer menyiasati ini?
Kelas
pun dibagi. Nama demi nama untuk tiap kelompok belajar disebutkan, berikut nama
kakak pengajarnya. Setelah mendengar namanya disebutkan, adik-adik asuh pun bergegas
mencari tempat belajar mereka dengan dituntun oleh kakak pengajarnya. Sebagian besar
dari mereka memilih belajar di koridor depan ruang kelas, duduk tanpa pengalas
di atas lantai tehel.
Hanya kelompok belajar asuhan Kak Syaban—dengan anggota belajar 4 orang adik asuh—yang belajar di halaman sekolah yang berumput. Belajar di mana pun, tak pernah menjadi masalah bagi adik-adik asuh GKM. Mereka selalu bisa tersenyum dan tergelak dalam keadaan apa pun. Dan yang terpenting, mereka bisa mengingat dengan baik segala hal yang diajarkan pada mereka.
Belajar matematika dimulai tepat pukul 16.00 WITA, sesaat setelah berdoa yang dipimpin oleh pengajar masing-masing. Beberapa pengajar mulai memamerkan media belajarnya pada adik-adik asuhnya. Kak Magda, misalnya, yang sore itu mengenalkan bilangan 1 sampai 20 pada adik-adik asuhnya dengan kartupedia.
Hanya kelompok belajar asuhan Kak Syaban—dengan anggota belajar 4 orang adik asuh—yang belajar di halaman sekolah yang berumput. Belajar di mana pun, tak pernah menjadi masalah bagi adik-adik asuh GKM. Mereka selalu bisa tersenyum dan tergelak dalam keadaan apa pun. Dan yang terpenting, mereka bisa mengingat dengan baik segala hal yang diajarkan pada mereka.
Belajar matematika dimulai tepat pukul 16.00 WITA, sesaat setelah berdoa yang dipimpin oleh pengajar masing-masing. Beberapa pengajar mulai memamerkan media belajarnya pada adik-adik asuhnya. Kak Magda, misalnya, yang sore itu mengenalkan bilangan 1 sampai 20 pada adik-adik asuhnya dengan kartupedia.

Sedang Kak
Syaban mengajarkan letak bilangan dengan media tali.

Berbeda pula dengan Kak
Arun, Kak Nur, dan Kak Ira, yang mengajarkan bilangan 1 sampai 100 dengan tabel
bilangan.


Nampak jelas bahwa media-media belajar—yang dikemas dengan aneka
warna yang menarik—ini menstimulus adik-adik asuh untuk mengaktifkan berbagai
indera dan alat geraknya, di mana hal tersebut melatih penggunaan otak kiri dan
kanan mereka untuk bekerja secara maksimal.
Proses
belajar berakhir tepat pukul 17.00 WITA. Adik-adik asuh berkumpul di halaman
sekolah untuk mengikuti permainan penutup sebelum kembali ke rumah
masing-masing.

Ada yang menarik dari sesi
berdoa sebelum pulang sore itu. Sesi berdoa dipimpin oleh Adik Asuh April. Bocah
laki-laki yang masih duduk di bangku kelas satu ini secara mengejutkan tampil
dengan berani ke tengah lingkaran untuk memimpin doa.

April adalah sosok adik
asuh yang pemalu, namun sangat penurut. Sisinya imutnya tampak dari pipi
tembamnya dan kemampuan berbicaranya yang belum sebaik teman-temannya. Di awal
perkenalan GKM dengan April, adik asuh yang satu ini selalu melakukan kesalahan
saat menyebutkan namanya sendiri.
“Siapa
namanya, Sayang?”
“Arpil,”
begitu selalu jawabnya. Teman-temannyalah yang membenarkan.
“Namanya
April, Kak,” kata mereka.
Dengan
suara cadelnya, April mengucapkan kalimat-kalimat permohonannya dengan keluguan
yang menyusupkan sensasi hangat ke dada kakak-kakak pengajar GKM. Senyum pun
terkembang, dan tawa haru menggelak.
[RNY/ASN/RAY]
Sore Pertama di Permulaan Tahun [Asyiknya Belajar Matematika]
Reviewed by Unknown
on
15.11
Rating:
![Sore Pertama di Permulaan Tahun [Asyiknya Belajar Matematika]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimb10CJx0u2cisklQN6Mt1LUiVlCpnq0akQNYLMQ-LkNxf1YO6iwafzd_Mak4U_mwFAgnxCN90e8sjMdVjyMTv_r-_cc6z-BMygfpUEKFQLwDkApi0pzza8LQGlLcKuRzhfax7WGlha1WQ/s72-c/1497584_1452574838297351_1792475162_n(1).jpg)
Tidak ada komentar